Jumat, 16 April 2010

Technology LCD vs DLP

















Proyektor yang ada di pasaran saat ini menggunakan dua jenis teknologi: LCD (Liquid Crystal Display) dan DLP (Digital Light Processing). Keduanya memiliki keunggulan tersendiri.

Yang LCD paling banyak tersedia. Teknologi ini memungkinkan cahaya yang dihasilkan lebih efisien. Maksudnya, dengan daya listrik yang sama, sorotan proyektor LCD lebih terang dibanding jenis DLP.
Saturasi warna hasilnya pun lebih baik, begitu pula ketajamannya. Hanya saja, jenis proyektor ini punya kelemahan, yang disebut “chicken wire effect”. Ini adalah efek gambar yang terlihat terkotak-kotak, akibat pixel yang tidak rapat. Berbeda dengan DLP yang terlihat halus, karena pixelnya berdekatan.

Wujud proyektor LCD umumnya besar. Selain itu, berisiko terkena penyakit dead pixel atau pixel mati, yang bakal mengganggu tampilan secara permanen.
Proyektor DLP memiliki kontras gambar yang lebih bagus. Selain itu, umumnya lebih portabel dan ringan.
Penyebab proyektor LCD bertubuh tambun adalah terlalu banyaknya komponen di dalamnya. Jeroannya terdiri dan tiga panel kaca LCD, yang masing-masing berfungsi untuk menyalurkan cahaya merah, hijau, dan biru.
Ketika cahaya melalui panel LCD, sistem akan menentukan aktivitas setiap pixel: terbuka atau tertutup. Aktivitas ini akan memodulasi cahaya dan menghasilkan pantulan gambar.
Proyektor LCD teranyar telah dilengkapi optik khusus untuk memacu kualitas proyeksi, seperti cermin mikro yang dapat mengurangi efek kotak kotak hasil proyeksi. Rasio kontras proyektor LCD umumnya 800:1, atau setara dengan 3000:1 rasio kontras di teknologi DLP.











Sistem teknologi DLP berbeda jauh dengan LCD. Teknologi proyeksi digital ini dikembangkan oleh vendor TI bernama Texas Instruments (www.ti.com). Sekarang, sistem ini terbagi dua jenis: satu chip dan tiga chip. Yang banyak beredar di pasaran adalah yang pertama, namun jenis kedua memiliki kualitas proyeksi yang jauh lebih bagus.
Sistem DLP menggunakan semikonduktor bernama Digital Mirror Device (DMD), yang terdiri dan ribuan cermin mikro di dalamnya. Cermin-cermin ini akan menarik sumber gambar ke dalam sistem. Di dalam peranti, obyek tersebut dibuat ulang secara digital, baru kemudian diproyeksikan ke layar.








Resolusi
Masing-masing proyektor memiliki resolusi proyeksi yang berbeda-beda. Semakin besar resolusinya, maka ukuran proyeksinya semakin luas.
Anda bisa melihat besar proyeksi dengan melihat jenis panel resolusi proyektor tersebut. Umumnya, proyektor terkini memakai jenis panel SVGA, XGA, dan SXGA. Detilnya bisa Anda lihat pada tabel Resolusi.

Koreksi Keystone & Aspect Ratio
Kedua komponen ini akan terasa sangat penting untuk membuat pantulan gambar di layar lebih nyaman dipandang. Keystoning adalah proses memperbaiki sudut-sudut proyeksi yang kadang melenceng, akibat salah posisi antara proyektor dengan layar.

Dahulu, keystoning dilakukan secara manual, dan sungguh sulit. Bahkan, untuk mendapatkan bentuk layar proyeksi yang proporsional, proyektor harus diletakkan jauh dan layar.
Teknologi proyektor terkini memungkinkan proses perbaikan hanya dengan menekan satu tombol saja. Ada pula proyektor yang memberikan fasilitas koreksi posisi secara otomatis.
Apa pula aspect ratio? Faktor inilah yang menentukan komposisi panjang dan lebar hasil proyeksi. Ada dua jenis aspect ratio yang sering digunakan: 4:3 dan 16:9. Masing-masing berbeda penggunaan-nya.
Aspect ratio 16:9 sangat tepat digunakan untuk menonton film berformat layar lebar, karena Iayarnya akan memanjang secara horizontal. Ukuran 4:3 adalah yang terbaik untuk menayangkan presentasi bisnis.